Tantangan Masa Depan dalam Perkembangan AI dengan Konsep VUCA
Pernahkah kalian berpikir bahwa teknologi bisa menghancurkan peradaban manusia? Mungkin sebagian besar orang pernah terbesit hal tersebut, pemikiran itu tidak sepenuhnya salah ataupun benar. Manusia saat ini dapat membuat teknologi yang disebut artificial intilligence (AI) atau yang sering kita sebut dengan kecerdasan buatan. AI adalah bagian dari ilmu komputer yang berfokus pada pembentukan mesin dengan kemampuan kecerdasan yang dapat berinteraksi dan bekerja seperti manusia. AI dibuat oleh manusia berdasar karena adanya pengetahuan yang terbatas tentang kecerdasan selama ribuan tahun bahkan hingga sekarang.
AI dapat belajar dan terus meningkatkan kemampuannya sendiri berdasarkan pengalamannya seperti manusia pada umumnya. AI berkembang seperti halnya bayi ketika lahir tidak mengetahui apa-apa, tapi sepanjang waktu terus belajar dari pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain dengan observasi dan interaksi dengan lingkungan sekitar.Hal tersebut adalah metode pembelajaran yang dilakukan oleh mesin dengan cara meniru bagaimana sistem dasar otak manusia bekerja yang disebut dengan Deep Learning.
Di beberapa tahun terakhir, tak jarang AI menjadi topik utama dalam film bergenre science fiction seperti film “Ex Machina” ataupun “Avengers” yang terkenal dengan Jarvis dan Ultron. Apa yang digambarkan dalam film-film tersebut adalah apa yang disebut dengan Artificial General Intelligence atau Artificial Super Intelligence. Artificial General Intelligence adalah AI yang memiliki lebih dari satu kegunaan dan memiliki kecerdasan hampir atau setara dengan kecerdasan manusia, sedangkan Artificial Super Intelligence relatif memiliki kecerdasan diatas pengetahuan dan kemampuan manusia.
Bila kita melihat komputer saat ini, transistor dalam komputer modern beroperasi dengan kekuatan 2 GHz yang dapat mentransmisikan informasi dengan kecepatan cahaya, sedangkan syaraf otak manusia hanya memiliki kekuatan 200 Hz dan apson mentransmisikan informasi dengan kecepatan 200 m/s yang setara dengan 1/3 kecepatan suara. Dengan kemampuan komputer modern saat ini hanya membutuhkan 40 hari untuk melampaui akumulasi pengetahuan yang dimiliki manusia selama ribuan tahun. Hal itu telah dibuktikan dengan AI AlphaGo Zero yang dalam waktu 3 hari dapat mengalahkan AlphaGo (sebuah AI yang mengalah Lee Sedol dalam permainan world game papan Go) dengan skor 100–0. AlphaGo dan AlphaGo Zero adalah Artificial Narrow Intelligence, sebuah AI yang dibuat hanya untuk satu kemampuan khusus saja. Berbeda dengan manusia yang dapat melakukan beberapa pekerjaan dan keahlian sekaligus.
Namun, pertanyaannya adalah butuh waktu berapa lama manusia bisa membuat Artificial General Intelligence atau Artificial Super Intelligence. Menurut Rayz Kurzweil, direktor teknisi dari Google, setidaknya pada tahun 2045 akan muncul Artificial Super Intelligence. Hal ini didasari oleh Law of The Accelerating Return yang menyatakan bahwa perkembangan teknologi di dunia bersifat eksponensial dan dapat dilihat dari bukti sejarah peradaban manusia selama 50 tahun terakhir seperti diagram dibawah.
Apabila suatu saat berhasul terciptanya Artificial Super Intelligence, maka akan terjadi sebuah peristiwa yang dinamakan Technological Singularity. Technological Singularity adalah suatu kondisi dimana AI menjadi sangat cerdas jauh melampaui kecerdasan manusia. Hal itu akan menyebabkan ledakan informasi dan pengetahuan yang baru yang mungkin sebagian besar tidak akan dapat dipahami oleh kecerdasan manusia. Ledakan tersebut bisa jadi menguntungkan manusia atau bahkan mengancam eksistensi peradaban manusia. Untuk melihat kenapa Artificial Super Intelligence dapat mengancam peradaban manusia, kita dapat melihat ketika kita manusia membunuh semut karena kecerdasannya di bawah kita dan menganggapnya sebagai hama. Dalam buku Homo Deus juga telah diprediksi hal ini. Disana menyatakan bahwa revolusi selanjutnya setelah revolusi industri adalah revolusi AI, dimana sains dan teknologi menjadi Tuhan, bentuk evolusi selanjutnya dari Homo sapiens adalah Homo deus.
Permasalahan perkembangan AI yang sangat pesat dapat kita gambarkan dengan VUCA. VUCA merupakan akronim untuk Volatility (suatu kondisi yang bisa berubah dengan cepat kapan saja), Uncertainty (ketidakpastian pada suatu kondisi tsb), Complexity (banyak faktor yang terikat dengan kondisi tsb), dan Ambiguity (menimbulkan keraguan), merupakan gambaran situasi di dunia bisnis atau berbagai bidang lain di masa kini. Awalnya, VUCA diciptakan oleh militer Amerika untuk menggambarkan situasi geopolitik saat itu. Namun karena kesamaan makna, istilah VUCA kini diadopsi oleh berbagai bidang. Bekerja di lingkungan VUCA, membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi secara cepat dan efisien dengan perubahan yang cepat. Setiap orang dituntut untuk menjadi lincah, cepat dan cekatan. Ya, inilah yang terjadi saat ini, segala hal terjadi dan berubah begitu cepat, termasuk AI.
Perkembangan teknologi terutama AI sangat pesat saat ini di seluruh dunia, hal ini termasuk dalam Volatility. Sulitnya memastikan apakah AI suatu saat akan bermanfaat bagi manusia atau malah merugikan, hal tersebut termasuk dalam Uncertainty. Perkembangan AI juga bersifat Complexity karena perkembangan AI saat ini sudah berkembang di berbagai bidang, seperti industri, transportasi, hingga kesehatan, dan yang terakhir bersifat Ambiguity karena kita tidak tahu kapan AI pada tingkat Artificial General Intelligence atau Artificial Super Intelligence akan tercipta. Namun, tantangan apapun yang akan terjadi di masa depan. Kita sebagai manusia harus menggunakan teknologi untuk memberdayakan ide kita, bukan malah kita yang terberdayakan atau terlena oleh teknologi.
#TantanganMasaDepan #DuniaVUCA
#OSKMITB2020 #TerangKembali
— referensi
https://www.youtube.com/watch?v=rLOLdTjdnsY&t=102s , https://www.youtube.com/watch?v=5XqUFTPqcMA , The Age of Spiritual Machine, Ray Kurzweil , https://www.kurzweilai.net/the-law-of-accelerating-returns , https://inixindojogja.co.id/mengenal-deep-learning/ , https://www.studilmu.com/blogs/details/apa-itu-vuca-4-cara-beradaptasi-dengan-vuca , Homo Deus: A Brief History of Tomorrow